Friday, January 24, 2014

Karakteristik dan Sifat Tanah

  Karakteristik tanah ataupun sifat tanah berbeda-beda antara jenis tanah subur dan juga kurang subur atau memiliki unsur hara sedikit. Tanah yang kaya akan unsur hara sangat baik untuk tanaman, sedangkan tanah tandus yang kurang subur biasanya hanya sesuai untuk jenis tanaman tertentu misalnya pohon jati. 
Sifat tanah yang memiliki kesuburan tinggi biasanya tanahnya coklat kehitaman dengan tekstur gembur. Tanah jenis ini sangat baik untuk pertumbuhan tanaman. Namun tidak sedikit juga tanah yang kurang subur seperti tanah dengan kadar batu kapur tinggi masih dapat dipakai untuk bercocok tanam.
  Untuk daratan di Indonesia mayoritas memiliki karakteristik tanah yang subur dan sesuai untuk bercocok tanam. Hal ini tentu saja sangat menguntungkan bagi para petani dan juga untuk kita warga negara Indonesia yang mayoritas bekerja di bidang pertanian.  

   Tanah sebagai Media Tumbuh Tanaman memiliki sifat dan karakteristik yang dapat dilihat dari sifat fisik, kimiawi , maupun biologisnya dimana ketiganya berintegrasi dan saling mempengaruhi satu sama lain dalam pertumbuhan suatu tanaman.  
   Berikut ini penjabaran masing-masing sifat dan karakteristik tanah baik dari sifat fisika, kimiawi, maupun biologinya.
1.Sifat Fisika Tanah

a. Tekstur
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separate) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relative antara fraksi pasir (sand), debu (silt), dan liat (clay) .
Berikut ini merupakan Tabel Klasifikasi Ukuran Partikel :

click untuk melihat gambar










 Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah digolongkan menjadi : 
1)Tanah bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70% pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung.

2)Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (3 macam)

3)Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung, terdiri dari :

(a) tanah bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung berpasir (Sandy Loam) atau lempung berpasir halus (2 macam)

(b) tanah bertekstur sedang meliputi yang bertekstur lempung berpasir sangat halus, lempung (Loam), lempung berdebu (Silty Loam) atau debu (Silt) (4 macam)

(c) tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat (Clay Loam) atau lempung liat berdebu (Sandy-silt Loam) (3 macam)

·Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro (besar) (disebut lebih poreus), tanah yang didominasi debu akan banyak mempunyai pori-pori meso (sedang) (agak poreus), sedangkan yang didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro (kecil) atau tidak poreus.

  •  Pada tanah jenis Alfisol  memiliki tekstur lempung liat berpasir hingga liat, dan  fraksinya halus, maka terbentuk tanah liat (tanah lempung berat), yang mudah padat-kompak.

b.   Struktur

·Merupakan gumpalan tanah yang berasal dari partikel-partikel tanah yang saling merekat satu sama lain karena adanya perekat misalnya eksudat akar, hifa jamur, lempung, humus, dll.
            Ikatan partikel tanah berwujud sebagai agregat tanah yang membentuk dirinya, yang mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.
· Pengamatan struktur tanah di lapangan (SSS, 1975) terdiri dari :

1.Pengamatan bentuk dan susunan agregat tanah Þ tipe struktur (lempeng, tiang, gumpal, remah, granuler, butir tunggal, pejal)

2.Besarnya agregat Þ klas struktur (sangat halus, halus, sedang, kasa, sangat kasar)

3.Kuat lemahnya bentuk agregat Þ derajad struktur (tidak beragregat, lemah, sedang, kuat)

  •   Pada tanah jenis Alfisol memiliki struktur butir hingga tiang dan kemantapan agregatnya kuat.

c. Konsistensi

·Adalah derajad kohesi dan adhesi antara partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah

· Konsistensi ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur tanah

· Cara penentuan konsistensi tanah yaitu :

      (1) lapangan : memijit tanah dalam kondisi kering, lembab dan basah (2) laboratorium : Angka-angka Atterberg

·Penentuan di lapangan :

Kondisi kering : kekerasan (lepas, lunak, keras)

Kondisi lembab keteguhan (lepas, gembur, teguh)

Kondisi basah : kelekatan dan plastisitas

·Penentuan di laboratorium : menentukan Batas Cair (BC), Batas Lekat (BL), Batas Gulung (BG) dan Batas Berubah Warna (BBW)

Batas Cair : kadar air yang dapat ditahan oleh tanah

Batas Lekat adalah kadar air dimana tanah tidak melekat ke logam

Batas Berubah Warna adalah batas air dimana air sudah tidak dapat diserap oleh akar tanaman karena terikat kuat oleh tanah

  • Pada tanah jenis Alfisol memiliki konsistensi yang teguh dalam kondisi lembab karena dipengaruhi tekstur dominan liat yang membentuk agregat padat-kompak. Sedangkan dilihat dari kondisi basah, tanah Alfisol memiliki konsistensi lekat dan plastis, dipengaruhi pula oleh teksturnya yang dominan lempung liat berpasir hingga liat, sehingga lekat di tangan dan mudah digulung serta dibentuk cincin.

d.   Porositas

·Porositas atau pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh air dan udara).

·Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar (makro pore) dan pori-pori halus (micro pore).  Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat.

·Tanah dengan banyak pori-pori kasar (pasir) sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan, tetapi sistem perakarannya dalam. Sedangkan untuk tanah-tanah liat dapat menahan air dengan baik hanya saja sistem perakarannya lebih dangkal dibandingkan tanah dominan pasir.

· Porositas tanah dipengaruhi oleh :

1.Kandungan bahan organik

2.Struktur tanah

3.Tekstur tanah

  • Pada tanah jenis Alfisol memiliki tekstur yang dominan lempung hingga liat, porositasnya rendah menyebabkan penetrasi akar dangkal karena tekstur lempung hingga liat memiliki pori-pori mikro yang tidak poreus selain itu strukturnya padat-kompak sulit ditembus akar untuk berpenetrasi.

e.   Warna tanah

·Secara langsung mempengaruhi penyerapan sinar matahari dan salah satu faktor penentu suhu tanah.

·Secara tidak langsung berhubungan dengan sifat-sifat tanah, misal informasi subsoil drainase, kandungan bahan organik surface horizon, pembeda antar horison.

· Diukur dengan menggunakan standar warna (Soil Munsell Color Chart)

·Warna tanah dapat meliputi putih, merah, coklat, kelabu, kuning, dan hitam, kadangkala dapat pula kebiruan atau kehijauan. Kebanyakan tanah mempunyai warna yang tak murni tetapi campuran kelabu, coklat, dan bercak (rust), kerapkali 2-3 warna terjadi dalam bentuk spot-spot, disebut karatan (mottling). Warna tanah disebabkan oleh adanya bahan organik, dan atau status oksidasi senyawa besi dalam tanah.
 Pada tanah jenis Alfisol memiliki warna coklat kemerahan hingga merah gelap. Menunjukkan bahwa tanah tersebut mengandung sedikit bahan organik tanah. 


 
2.    Sifat Kimia Tanah

a      .       Reaksi Tanah (pH Tanah)

·Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hydrogen (H+) di dalam tanah. Semakin tinggi kadar ion H+di dalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Hal ini berbanding terbalik dengan ion OH- di dalam tanah. Pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak dari H+. Bila kandungan ion H+ sama dengan OH- maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH=7.

·         Pentingnya pH tanah adalah untuk :

1)      Menentukan mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap oleh tanaman

2)      Menunjukkan kemungkinan adanya unsure-unsur beracun

3)      Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme

·         pH optimum untuk ketersediaan unsur hara tanah adalah sekitar 7,0 karena pada pH ini semua unsur hara makro tersedia secara maksimum kecuali Mo, sehingga kemungkinan terjadinya toksisitas unsur mikro tertekan.

b           . Kapasitas Tukar Kation (KTK)

·Kation adalah ion bermuatan positif seperti Ca2+, Mg+,, K+, Na+, NH4+, H+, Al3+, dan sebagainya. Di dalam tanah kation-kation tersebut terlarut di dalam air tanah atau dijerap oleh koloid-koloid tanah.

· Banyaknya kation (dalam miliekivalen) yang dapat dijerap oleh tanah per satuan berat tanah (biasanya per 100 gr) dinamakan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Kapasitas tukar kation dinyatakan dalam satuan kimia yaitu miliekivalen per 100 gr (me/100 gr). Satu ekivalen adalah suatu jumlah yang secara kimia setara dengan 1 gr hydrogen.

·Kapasitas tukar kation 
merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsure hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh kation basa, Ca, Mg, K, Na (kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan kesuburan tanah,. Karena unsure-unsur hara terdapat dalam kompleks jerapan koloid maka unsure-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air.

c.                    Kapasitas Pertukaran Anion (KTA)

·Proses pertukaran anion berperan penting dalam kaitannya dengan ketersediaan 3 anion hara makro yang diserap tanaman, yaitu nitrat, fosfat, dan sulfat, yang secara alami dihasilkan dari dekomposisi bahan organic dan pelapukan mineral tanah.

·Makin tinggi nilai KTA berarti makin tinggi daya jerap (fiksasi) tanah terhadap anion, sehingga pemberian pupuk pelepas anion seperti TSP (H2PO4-), ammonium nitrat (NO3-), dan ammonium sulfat (SO42-), makin tidak efisien karena makin tidak tersedian bagi tanaman. Begitu juga akibatnya pada daya tolak terhadap kation-kation juga makin tinggi, sehingga pemupukan pelepas kation sperti KCl (K+), kalsit (Ca2+) dan dolomite (Ca2+ dan Mg2+) juga makin tidak efisien karena mudah tercuci/hilang dari tanah.

d.                      Unsur-unsur Hara Esensial

·  Unsur-unsur hara esensial merupakan unsure hara yang diperlukan oleh tanaman dan fungsinya dalam tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain, sehingga bila tidak terdapat dalam jumlah yang cukup di dalam tanah, tanaman tidak dapat tumbuh optimal. Unsur-unsur hara ini dapat berasal dari udara, air, atau tanah. Jumlah unsur hara esensial ada 17 yaitu :

v  Unsur makro   : C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S

v  Unsur mikro    : Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, dan Co

·         Unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah banyak. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan dalam jumlah yang sedikit.

  • Sifat kimia tanah pada jenis tanah Alfisol  secara keseluruhan yaitu cenderung memiliki pH basa, dan tingkat kejenuhan basa yang tinggi di seluruh profil tanah. P-tersedia dari sangat rendah hingga sedang, K-dd dari rendah hingga tinggi, Ca-dd dari sedang hingga sangat tinggi, Mg-dd dari sedang hingga tinggi, KTK dari sedang hingga sangat tinggi dan unsur mikro (Fe dan Zn) yang tinggi.
3. Sifat biologi tanah
a.       Fauna Tanah

Dibedakan menjadi makrofauna dan mikrofauna
1)      Makrofauna
   Hewan-hewan besar (makrofauna) penghuni tanah dapat dibedakan menjadi : (a)     hewan-hewan besar pelubang tanah, misalnya tikus, kelinci yang lebih sering merugikan karena memakan dan menghancurkan tanaman, (b) cacing tanah, berfungsi mengaduk dan mencampur tanah dan memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi menjadi lebih baik, dan lebih mudah ditembus akar, (c) arthropoda dan moluska, membantu memperbaiki tata udara tanah dengan membuat lubang-lubang kecil pada tanah tersebut.
2)      Mikrofauna
Hewan-hewan mikrofauna dalam tanah yang terpenting adalah protozoa dan nematoda.
Protozoa berperan dalam menghambat daur ulang (recycling) unsure-unsur hara, ataupun menghambat berbagai proses dalam tanah yang melibatkan bakteri.
Nematoda berdasarkan jenis makanannya dibedakan menjadi : (a) omnivorous, memakan sisa-sisa bahan organic, (b) predaceous, memakan hewan-hewan tanah, (c) parasitic, merusak akar tanaman.

b.      Flora Tanah

Dibedakan menjadi makroflora dan mikroflora
1)      Makroflora
Tanaman-tanaman tinggi merupakan makroflora sebagai produsen primer bahan organic dan penyimpanan energy surya. Akar-akar tanaman meningkatkan agregasi tanah, dank arena akar menembus ke lapisan tanah yang dalam maka bila membusuk menjadi sumber humus tidak hanya dilapisan atas tetapi juga dilapisan yang lebih dalam.


2)      Mikroflora
Mikroflora dalam tanah sangat beraneka ragam. Bakteri, fungi, actinomycetes, dan algae dapat ditemukan pada setiap contoh tanah. Bakteri, fungi, dan actinomycetes membantu pembentukan struktur tanah yang mantap karena tumbuhan mikro ini dapat mengeluarkan (sekresi) zat perekat yang tidak mudah larut dalam air. Dalam hal pembentukan struktur tanah ini, fungi dan actinomycetes jauh lebih efisien (lebih 17 kali lebih efisien) daripada bakteri, tetapi bakteri mempunyai fungsi lain yang lebih penting.

Bakteri autotroph bermanfaat bagi manusia mempengaruhi sifat-sifat tanah sehubungan dengan cara bakteri tersebut untuk mendapatkan energy. Bakteri autotroph dalam tanah terpenting adalah bakteri nitrifikasi yang dapat mengoksidasi ammonia                 nitrit   (oleh nitrosomonas) dan nitrit            nitrat (oleh nitrobacter).



  • Sifat biologi tanah pada jenis tanah Alfisol  secara keseluruhan yaitu memiliki kehidupan organisme tanah yang rendah, baik fauna tanah maupun flora tanah, karena jenis tanah Alfisol memiliki BOT yang rendah padahal BOT adalah makanan organisme tanah, khusunya cacing tanah. Sehingga, akibat keberadaan BOT tersebut mempengaruhi pula keberadaan organisme dalam tanah yang banyak membawa pengaruh pada kesuburan tanah itu sendiri.

Klasifikasi Tanah USDA 1975

   Salah satu sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan Amerika Serikat dikenal dengan nama: Soil Taxonomy (USDA, 1975). Sistem klasifikasi ini menggunakan enam (6) kateori, yaitu:
1. Ordo
2. Subordo
3. Great group
4. Subgroup
5. Family
6. seri


   Sistem klasifikasi tanah ini berbeda dengan sistem yang sudah ada sebelumnya. Sistem klasifikasi ini memiliki keistimewaan terutama dalam hal:
1. Penamaan atau Tata Nama atau cara penamaan.
2. Definisi-definisi horison penciri.
3. Beberapa sifat penciri lainnya.


  Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992)terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975, yaitu:
1. Alfisol
2. Aridisol
3. Entisol
4. Histosol
5. Inceptisol
6. Mollisol
7. Oxisol
8. Spodosol
9. Ultisol
10. Vertisol


Alfisol:
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning. 




Aridisol:
Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil.




Entisol:
Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.




Histosol:
Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.




Inceptisol:
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll.




Mollisol:
Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m, Rendzina, dll.




Oxisol:
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.






Spodosol:
Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.




Ultisol:
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu.




Vertisol:
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit

Monday, January 20, 2014

Jenis dan Persebaran Tahan di Indonesia

   Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dalam tanah banyak mengandung bermacam-macam bahan organik dan anroganik. Bahan organik berasal dari jasad-jasad makhluk hidup yang telah mati, baik flora, fauna maupun manusia, sedangkan bahan anorganik berasal dari benda-benda mati berupa batuan dan mineral. 


 1.    Tanah Alluvial 
        Alluvial adalah tanah yang berasal dari endapan lumpur yang dibawa melalui sungai-sungai. Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat menyerap air, dan permeabel sehingga cocok untuk semua jenis tanaman pertanian. 
       Ciri-ciri tanah alluvial yaitu, jenis tanah masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka, dan kesuburan umumnya sedang hingga tinggi. Tanah ini cocok ditanami padi, palawija, tembakau, tebu, sayuran, kelapa dan buah-buahan.  
      Jenis tanah ini terdapat di Jawa bagian Utara, Sumatra bagian Timur, Kalimantan bagian Barat dan Selatan.Penyebarannya di lembah-lembah sungai dan dataran pantai seperti misalnya, di Kerawang, Indramayu, Delta Brantas.
 
tanah aluvial/tanah endapan
 2.    Tanah Andosol 
      Tanah andosol terbentuk dari endapan abu vulkanik yang telah mengalami pelapukan sehingga menghasilkan tanah yang subur. Tanah ini memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan jenis tanah mineral yang telah mempunyai perkembangan profil, warna coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organiknya tinggi, dan kelembapannya juga tinggi. 
      Penyebarannya di daerah beriklim sedang dengan curah hujan diatas 2500 mm/tahun tanpa bulan kering, umumnya di jumpai di daerah lereng atau kerucut volkan dengan ketinggian diatas 800 m diatas permukaan laut. 
     Andosol kebanyakan terdapat di pulau-pulau yang memiliki gunung api aktif, seperti di Sumatra bagian Barat, Jawa, Bali, dan sebagian Nusa Tenggara.
tanah andosol



3.    Tanah Entisol 
     Entisol berasal dari abu vulkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu bom dan lapili. 
     Selain itu berasal dari gunduk pasir yang terjadi di sepanjang pantai, misalnya diantara Cilacap dan Parangtritis (selatan Yogyakarta), dan Kerawang.Tanah tipe ini di sepanjang aliran besar merupakan campuran yang mengandung banyak hara tanaman sehingga dianggap subur. 
     Entisol mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu, tanah yang baru berkembang,belum ada perkembangan horison tanah, meliputi tanah-tanah yang berada di atas batuan induk dan termasuk tanah yang berkembang dari bahan baru.
tanah entisol

 4.    Tanah Grumusol
    Grumusol adalah tanah yang berasal dari batuan induk kapur dan tuffa vulkanik, sehingga kandungan organiknya rendah. Tanah grumusol pada umumnya mempunyai tekstur liat, berwarna kelabu hingga hitam, pH netral hingga alkalis, dan mudah pecah saat musim kemarau. 
    Di Indonesia, jenis tanah ini terbentuk pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas permukaan laut dengan topografi agak bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25oC, curah hujan <2.500 mm, dengan pergantian musim hujan dan kemarau yang nyata.


    Persebarannya meliputi Sumatra Barat, Jawa Barat (daerah Cianjur), Jawa Tengah (Demak, Grobogan), Jawa Timur (Tuban, Bojonegoro, Ngawi, Madiun, dan Bangil), serta di Nusa Tenggara Timur. Pemanfaatan jenis tanah ini pada umumnya untuk jenis vegetasi rumput-rumputan atau tanaman keras semusim (misalnya pohon jati).

tanah grumusol



 5.    Tanah Humus 
humus adalah tanah hasil pelapukan tumbuh-tumbuhan (bahan organik)Tanah humus ini sangat subur dan cocok untuk lahan pertanian, warnanya kehitaman. Tanah jenis ini terdapat di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.


6.    Tanah Inceptisol 
    Inceptisol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku, sedimen, atau metamorf masam atau basa. Inceptisol memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu adanya horizon kambik , dimana terdapat horizon penumpukan liat <20% dari horizon diatasnya, tanah yang mulai berkembang tetapi belum matang yang ditandai oleh perkembangan profil yang lebih lemah, mencakup tanah sulfat masam (Sulfaquept) yang mengandung horison sulfurik yang sangat masam, tanah sawah(aquept) dan tanah latosol. 
   Tanah jenis ini banyak terdapat di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Sebagain besar tanah ini ditanami palawija (jawa) dan hutan/semak belukar (sumatera dan Kalimantan).

                                                                                 

 7.    Tanah Laterit 
    Tanah laterit adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Karena tua sekali maka tanah ini sudah tidak subur lagi. Tanah laterit berwarna merah muda sehingga disebut pula tanah merah. 
    Tanah jenis ini banyak terdapat di daerah Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan Barat dan Lampung
tanah laterit
  
8.    Tanah Latosol 
   Latosol adalah tanah yang terbentuk dari batuan beku,sedimen,dan metafomorf. Tanah latosol memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan jenis tanah yang telah berkembang atau terjadi deferensiasi horison, solum dalam, tekstur lempung, warna coklat, merah hingga kuning, tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 3000 mm/tahun, ketinggian tempat berkisar antara 300-1000 meter di atas permukaan laut, mudah menyerap air, memiliki pH 6 – 7 (netral) hingga asam, memiliki zat fosfat yang mudah bersenyawa dengan unsur besi dan aluminium, kadar humusnya mudah menurun. 
   Tanah ini tersebar di kawasan Bukit Barisan (Sumatra), Jawa, Kalimantan Timur dan Selatan, Bali, Papua, dan Sulawesi.

9.    Tanah Litosol
     Tanah litosol belum lama mengalami perkembangan tanah, akibat pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkan, atau topografi yang terlalu miring atau bergelombang. Tanah litosol harus diusahakan agar dipercepat pembentukan tanahnya, antara lain dengna penghutanan atau tindakan lain untuk mempercepat proses pelapukan. 
     Tanah jenis ini merupakan tanah mineral dengan sedikit perkembanan profil, tekstur tanah beraneka dan pada umumnya berpasir, tidak bertekstur, warna, kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi. Litosol dapat dijumpai di segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, dan kemiringan lereng miring hingga curam. 
    Tanah litosol terdapat di daerah pegunungan kapur dan daerah karst di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, dan Maluku Selatan.
 10. Tanah Kapur 
   Tanah kapur adalah tanah yang berasal dari batuan kapur yang pada umumnya terdapat di daerah pegunungan kapur dan berumur tua. Tanah ini tidak subur, tetapi masih dapat ditanami pohon jati, seperti daerah hutan jati di Pegunungan Kendeng, Blora, Jawa Tengah, dan di Pegunungan Sewu, Gunung Kidul, Yogyakarta.
   Persebarannya banyak terdapat di daerah pegunungan kapur, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara, Jawa Barat, Sulawesi, Maluku dan Sumatera.
  
11. Tanah Mergel 
   Tanah mergel adalah tanah yang terjadi dari campuran batuan kapur, pasir dan tanah liat. Pembentukan tanah mergel dipengaruhi oleh hujan yang tidak merata sepanjang tahun. 
   Tanah mergel termasuk jenis tanah yang subur dan banyak terdapat di lereng pegunungan dan dataran rendah, misalnya Solo (Jawa Tengah), Madiun, dan Kediri (Jawa Timur).
  
12. Tanah Organosol 
   Tanah organosol adalah tanah yang terjadi dari bahan induk organik, seperti gambut dan rumput rawa pada iklim basah dengan curah hujan lebih dari 2.500 mm/tahun. Tanah ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yaitu tidak tejadi deferensiasi horison secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 m, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4,0), dan kandungan unsur hara rendah. 
   Jenis tanah ini terdapat di Jawa, daerah pasang surut di daratan Timur Sumatra, pantai Kalimantan bagian barat dan selatan, serta pantai Papua (Irian jaya) bagian barat dan selatan yang kesemuanya kaya akan unsur hara.

  
13. Tanah Oxisol 
   Oxisol adalah tanah yang kaya akan besi dan aluminium oksida. Tanah jenis ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut, yaitu solum yang dangkal, kurang dari 1 meter, kaya akan seskuioksida yang telah mengalami pelapukan lanjut, adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m, susunan horison A, B, dan C dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus liat, mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa.
   Banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi. Tanah jenis ini tersebar di daerah tropik basah.
  
14. Tanah Padas
Tanah padas adalah tanah yang amat padat, karena mineral di dalamnya dikeluarkan oleh air yang terdapat di lapisan tanah sebelah atasnya. Sebenarnya tanah padas tidak dapat dikatakan tanah, karena tanah telah hilang dan sisanya terdiri dari lapukan batuan induk. Kandungan organik tanah ini rendah bahkan hampir tidak ada dan peka terhadap erosi. Jenis tanah ini terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia.
  
15. Tanah Pasir 
Tanah pasir adalah tanah yang berasal dari batu pasir yang telah melapuk. Tanah ini sangat miskin, tidak berstruktur, sedikit mengandung bahan organik dan kadar air di dalamnya sangat sedikit. Tanah pasir terdapat di pantai barat Sumatra Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi. Tanah pasir yang terdapat di pantai berpasir disebut sand dune. Di daerah ini dipengaruhi oleh angin, seperti bukit pasir di Pantai Parangtritis, Yogyakarta.



  
16. Tanah Podsol
   Tanah podsol terbentuk karena pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podsol mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yaitu jenis tanah ini tidak mempunyai perkembangan profil, tekstur lempung hingga pasir, kandungan pasir kuarsanya tinggi, kesuburannya rendah dan warnanya kuning dan kuning kelabu. 
  Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan kering. Misalnya daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Irian Jaya.


 17. Tanah Podzolik Merah Kuning 
  Tanah podzolik merah kuning merupakan jenis tanah yang memiliki persebaran terluas di Indonesia. Berasal dari bahan induk batuan kuarsa di zona iklim basah dengan curah hujan antara 2.500 – 3.000 mm/tahun. Sifatnya mudah basah dan mudah mengalami pencucian oleh air hujan, sehingga kesuburannya berkurang. 
  Dengan pemupukan yang teratur, jenis tanah ini dapat dimanfaatkan untuk persawahan dan perkebunan. Tersebar di dataran-dataran tinggi Sumatra, Sulawesi, Papua, Kalimantan, Jawa Barat, Maluku, dan Nusa Tenggara.

  
18. Tanah Regosol 
  Tanah regosol adalah tanah yang terbentuk akibat pelapukan batuan yang mengandung abu vulkanik, pasir pantai dan nafal. Ciri-cirinya yaitu, Tanah regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi, Jenis tanah masih muda, belum mengalami deferensiasi horison, bersifat subur, berbutir kasar, berwarna keabuan, kaya unsur hara, pH 6 – 7, cenderung gembur, kemampuan menyerap air tinggi, dan mudah tererosi. 
  Persebaran jenis tanah ini di Indonesia terdapat di setiap pulau yang memiliki gunung api, baik yang masih aktif ataupun yang sudah mati. Seperti Jawa, Sumatra, dan Madura. Banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian.


   
19. Tanah Rendzina 
    Tanah rendzina tersebar tidak begitu luas di beberapa pulau Indonesia. Berdasarkan luasannya, daerah-daerah di Indonesia yang memiliki jenis tanah ini adalah Maluku, Papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung, dan Pegunungan Kapur di Jawa. 
    Rendzina memiliki ciri-ciri yaitu, merupakan tanah padang rumput yang tipis berwarna gelap, terbentuk dari kapur lunak, batu-batuan mergel, dan gips. Pada umumnya memiliki kandungan Ca dan Mg yang tinggi dengan pH antara 7,5 – 8,5 dan peka terhadap erosi. Jenis tanah ini kurang bagus untuk lahan pertanian, sehingga dibudidayakan untuk tanaman-tanaman keras semusim dan palawija.



 20. Tanah Ultisol 
   Ultisol adalah tanah asam dengan lapisan yang dalam, terbentuk di hutan dan terdiri dari tanah liat. Ciri-ciri tanah ini yaitu, kandungan bahan organik, kenjenuhan basa dan pH rendah (pH 4,2-4,8), terjadi proses podsolisasi: proses pecucian bahan organik dan seskuioksida dimana terjadi penimbunan Fe dan Al dan Si tercui, bahan induk seringkali berbecak kuning, merah dan kelabu tak begitu dalam tersusun atas batuan bersilika, batu lapis, batu pasir, dan batu liat, terbentuk dalam daerah iklim seperti Latosol, perbedaan karena bahan induk : Latosol terutama berasal dari batuan volkanik basa dan intermediate, sedang tanah Ultisol berasal dari batuan beku dan tuff. 
   Tanah yang paling luas penyebarannya di Indonesia: Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan sebagian Jawa . Sebaiknya tanah ini dihutankan atau untuk perkebunan seperti : kelapa sawit, karet dan nanas.


  
21. Tanah Vertisol 
  Vertisol adalah tanah liat  tinggi yang mengembang  pada waktu basah dan pecah-pecah pada waktu kering. Ciri-ciri dari tanah ini yaitu, solum yang dangkal, kurang dari 1 meter, kaya akan seskuioksida yang telah mengalami pelapukan lanjut, adanya horizon oksik pada kedalaman kurang dari 1,5 m, susunan horison A, B, dan C dengan horizon B spesifik berwarna merah kuning sampai kuning coklat dan bertekstur paling halus liat, mengandung konkresi Fe/Mn lapisan kuarsa. 
   Banyak digunakan untuk perladangan, pertanian subsisten pengembalaan dengan intensitas rendah, dan perkebunan yang intensif seperti perkebunan tebu, nanas, pisang dan kopi. Tanah ini tersebar di daerah dengan musim kering musiman.


  
22. Tanah Vulkanis 
  Tanah vulkanis adalah tanah yang berasal dari pelapukan batuan-batuan vulkanis, baik dari lava/batu yang telah membeku (effusi) maupun dari abu vulkanis yang telah membeku (efflata). Daerah pembekuan lava tidak begitu luas dibanding daerah abu vulkanis. Contoh tanah vulkanis, yaitu tanah tuff yang terbentuk dari abu gunung api dan bersifat sangat subur. 
  Tanah tuff terdapat di Lampung, palembang, dan Sumatra Barat, sedangkan daerah yang terkena letusan gunung berapi terisi abu vulkanis, seperti Bandung, Garut, dan sekitarnya baik untuk jenis pertanian karena sangat subur. Tanah vulkanis terdapat di Jawa, Sumatra, Bali, dan beberapa wilayah lain yang memiliki gunung api.


  
23. Tanah Hidromorf Kelabu 
  Tanah hidromorf kelabu terbentuk akibat pelapukan batuan tufa vulkanik asam dan batu pasir.
  Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air dan warna kelabu kekuningan.